Menuju Satu Zona Waktu Indonesia
VIVAnews - Kementerian Koordinator Perekonomian mengusulkan ide
penyederhanaan zona waktu Indonesia dari tiga menjadi satu. Alasannya
simpel, satu zona waktu akan meningkatkan produktivitas.
Penyatuan zona waktu ini sudah tertuang dalam Rencana Induk Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Kepala Divisi Hubungan
Masyarakat dan Promosi Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia Edib Muslim menyatakan, zona waktu tunggal ini akan
menambah transaksi perdagangan Rp500 miliar sehari.
Peningkatan itu terjadi karena pedagang dari kawasan Waktu Indonesia
Tengah (Wita) dan Waktu Indonesia Timur (WIT) bisa satu waktu dengan
Jakarta, sehingga tak ada waktu terbuang karena menunggu satu atau dua
jam perdagangan di Jakarta dibuka. Meski begitu, zona tunggal ini
direncanakan mengikuti zona Wita yang delapan jam lebih cepat dari
Greenwich Mean Time (GMT), atau sejam lebih cepat dari Waktu Indonesia
Barat.
Ide ini sebenarnya tidak baru. Saat menjajah Indonesia, Jepang juga
menyederhanakan zona waktu menjadi satu. Kalau ini alasannya biar
sederhana mengikuti zona waktu Jepang.
Dalam sejarahnya, sudah sembilan kali Indonesia mengubah pengaturan zona
waktu ini. Perubahan terakhir adalah memindahkan Bali ke dalam zona
waktu Wita yang bertujuan meningkatkan wisatawan luar negeri masuk ke
pulau ini.
Direspons positif
PT Bursa Efek Indonesia (BEI), menilai rencana pemerintah menyatukan
pembagian zona waktu bakal menjadikan transaksi apapun lebih mudah.
Langkah itu juga bakal menghilangkan kebingungan dari setiap warga
Indonesia.
"Dalam mengelola perjalanan, diskusi, acara, dan pekerjaan jadi lebih
mudah. Perbedaan antara satu pulau dengan pulau lain menjadi tidak ada,"
kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito, kepada VIVAnews,
di Jakarta, Senin 12 Maret 2012.
Perbedaan zona waktu, kata Eddy, selama ini menjadikan jam kerja tidak
sama antara waktu Indonesia bagian timur, tengah dan barat. Untuk itu,
penyatuan zona waktu ini dianggap lebih efektif dan efisien.
Sementara bagi perdagangan di BEI, Eddy mengaku masih harus mengkaji
lebih lanjut penyatuan zona waktu ini. Alasannya, BEI sendiri sudah
berencana memajukan jam perdagangan sekitar 30 menit.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution juga menyambut baik usulan
pemerintah untuk menyatukan zona waktu. Dengan adanya satu waktu, maka
biaya bisnis akan lebih murah.
Menurutnya dari sisi bisnis, perbedaan waktu memiliki banyak arti.
Contoh yang mudah dilihat adalah pasar modal. Jika di Jakarta penutupan
pasar modal pukul 16.00 WIB, sebenarnya pasar tutup 2 jam lalu di
kawasan timur. Jadi, Darmin mengatakan jika kawasan Indonesia tidak ada
perbedaan waktu, biaya transaksinya dan lainnya akan jauh lebih murah.
Penyatuan zona waktu juga dinilai tak akan mengganggu pelaksanaan salat
lima waktu. Menteri Agama Suryadharma Ali menjelaskan umat Islam mudah
menyesuaikan sebab salat lima waktu patokannya matahari, bukan jarum
jam.
Suryadharma menjelaskan, patokan waktu salat posisi matahari. Dia
mengilustrasikan, saat ini, waktu subuh di Pulau Jawa sekitar pukul
05.00. Saat bersamaan, di Papua karena selisih dua jam, sudah pukul
07.00.
"Yang jadi patokan tetap posisi matahari, waktu Subuh itu saat fajar,"
kata dia. Jadi, "waktu salat menyesuaikan waktu setempat."(np)
sumber: http://fokus.vivanews.com/news/read/2955...-indonesia
Abas31: Menuju Satu Zona Waktu Indonesia >>>>> Download Now
BalasHapus>>>>> Download Full
Abas31: Menuju Satu Zona Waktu Indonesia >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Abas31: Menuju Satu Zona Waktu Indonesia >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK